Selasa, 30 Desember 2014

Pewayangan

BIMA SUCI



Atas perintah Pendeta Durna, Bima mencari Tirta Perwitasari. Dalam perjalanan mencari air kehidupan itu, Bima menuju Hutan Tikbrasara yang terletak di gunung Reksa Muka. Di hutan ini, Bima dihadang oleh dua raksasa Rukmuka danRukmakala. Sesudah beradu kesaktian, Bima dapat mengalahkan kedua raksasa itu yang merupakan jelmaan dari Bathara Indra dan Bathara Bayu.
Untuk memperoleh inti sari pengetahuan sejati, Bima harus melakukan semadi di Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksa Muka. Untuk dapat mencapai titik penyatuan mata batin dalam samadi, Bima harus membunuh raksasa Rukmuka yang melambangkan kamukten dan raksasa Rukmakala yang melambangkan kamulian dalam kehidupa duniawi dari alam pikirannya.
Kisah selanjutnya, Bima tahu bahwa air perwitasari tidak terletak di hutan Tikbrasara yang berada di Gunung Reksamuka, tetapi di dasar samudra. Maka perjalanan Bima di lanjutkan ke samudra. Sebelum menapaki pantai samudra itu, Bima dihalang-halangi oleh ke-empat saudranya yaitu Puntadewa, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Namun berkat kesentosaan jiwanya, Bima tetap berhasrat menyelami dasar samudra itu. Sesudah mencapai titik tengah samudra, Bima bertarung dengan naga dan berhasil membunuhnya.
Rintangan demi rintangan telah dilalui, hingga Bima mampu menyelam ke dasar samudra. Di sana, Bima bertemu dengan Dewaruci. Dewa yang menyerupai Bima dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan dewaruci melalui telinga kirinya. Di dalam jasad Dewa Ruci, Bima melihat seluruh isi semesta. Sesudah bersamadi dengan menutup lima indra ; mengatur keluar masuknya nafas; dan menyatukan cipta, rasa dan karsa; bima menerima terang batin dalam manunggaling kawula-gusti. Kemanunggalan ini yang menjadikan Bima mampu melihat hidup sejati. Mati sakjroning urip, urip sakjroning mati. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar