Selasa, 30 Desember 2014

Pewayangan

BANJARAN SENGKUNI




Alkisah, Sang Hyang Tunggal mengusir Sang Hyang Dwapara yang memiliki sifat dengki dan berakal busuk itu ke mercapada. “hei, Dwapara! Kamu boleh melampiaskan sifat busukmu sepuas-puasnya di dunia!”
Manakala Sang Hyang Dwapara turun ke mercapada, permaisuri raja Awu-awu langit (Kerajaan Gandara) sedang bersalin. Melihat pristiwa persalinan itu, Sang Hyang Dwapara segera merasuk ke dalam si jabang bayi yang kemudian diberi nama Harya Suman alias Sengkuni.
Setelah dewasa, Sengkuni mengabdi pada Prabu pandu Dewanata sang raja Astina. Pada  saat itulah, Sengkuni memfitnah Patih Gandamana. Sehingga sangpatih mengundurkan diri dari jabatannya. Arkian Sengkuni menggantikan kedudukan patih yang semula dijabat oleh Gandamana.
Sewaktu Pandu Dewanata wafat, Begawan Abiyasa berencana akan membagikan minyak sakti Lenga Tala warisan Pandu untuk kekebalan para Kurawa dan Pandawa. Namun saat minyak itu dibagikan, Kurawa merampasnya. Hingga Begawan Abiyasa yang terdesak itu sampai terjatuh, dan Dewi Kunti Nalibrata pingsan.
Melihat Lenga Tala tumpah di rerumputan, SEngkuni segera  menanggalkan seluruh pakaiannya. Dengan bertelanjang bulat Sengkuni bergulingan di rerumputan yang basah karena minyak itu. Dengan demikian, tubuh Sengkuni menjadi kebal. Kecuali pada bagian tenggorokan dan bagian dalam duburnya.
Karena menyaksikan Dewi Kunti Nalibrata bergeletak pingsan, Sengkuni segera mendekatinya dan menarik semekan-nya. Namun sebelum Sengkuni berbuat jauh, Dewi Kunti siuman. Saat itu juga, Dewi Kunti Nalibrata bersumpah: “ Aku tidak akan mengenakan semakan jika tidak terbuat dari kulit sengkuni.” Semenjak itu, Dewi Kunti hanya mengenakanjubbah lorodan milik Begawan Abiyasa.
Setelah menjabat sebagai patih Astina pada masa pemerintahan Prabu Drestarastra , perilaku sirik dan jahat Sengkuni semakin merajalela. Sengkuni menghasut para Kurawa untuk membunuh Pandawa dan Dewi Kunti Nalibrata dalam peristiwa Bale Sigala-gala. Selain itu, Sengkuni berhasil memperdaya Pandawa, dengan mengajaknya bermain dadu. Pada permainan itu, Sengkuni mewakili Kurawa, sedangkan Yudistira mewakili Pandawa. Akibat kecurangan Sengkuni, Pandawa kehilangan kerajaan dan seluruh kekayaannya, Pandawa harus hidup sebagai orang buangan selama 14 tahun.
Ketika pecah perang Baratayuda, Sengkuni terbunuh di tangan Bima melalui kuku pancanaka pada tangan sebelah kanan yang ditusukkan ke dalam tenggorokan Sengkuni dan kuku pancanaka pada tangan sebelah kiri yang hunjamkan ke dalam duburnya. Sebelum tewas di medan laga, Sengkuni diikuti oleh Bima. Sisa kulit Sengkuni yang tertinggal di kuku pancanaka kemudian dibentang oleh Bima dan dijadikan sumekan Dewi Kunti Nalibrata. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar