Blora, InfoPublik - Seni tayub adalah milik
rakyat Blora, punya ciri dan ritme musik serta kostum yang tidak dimiliki
daerah lain. Kehidupan penarinya sangat menarik untuk diapresiasi. Betapa
tidak? Selalu berjuang dan bertahan dengan kesenian tradisional di antara
kembang maraknya kesenian lain. Melalui vokal dan gerakan tari, sosok penari
tayub mampu menjadi sugesti dan media komunikasi yang aspiratif serta
inspiratif sejak dari dulu hingga kini.
“Sebagai seni yang komunikatif, saya bangga, dan
telah menggerakkan hati saya untuk tetap melestarikan seni adiluhung itu dalam
wadah dan pembinaan berkesenian, apalagi muncul gagrak Ledhek
Barangan yang penarinya pelajar dan mahasiswa,” tandas Yeti Romdonah, salah
seorang pemerhati seni tradisi yang juga PNS, yang membidangi kebudayaan di
lingkup DPPKKI Blora.
Diungkapkan, pembinaan yang dilakukan secara
kontinyu oleh Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan
Informatika (DPPKKI) Blora dalam perjalanan sekian puluh tahun terakhir, kata
dia, telah berhasil memprotek kesan minir kepada sosok penari tayub.
“Dengan mengemas tata panggung, estetika, dan etika
menari, seperti dalam bentuk festival tayub atau pertunjukkan panggung terbuka
yang sering digelar, kian hari kian menambah komunitas tayub,” ujar Yeti yang
juga mantan penyiar radio itu.
Tanpa mengesampingkan seni tradisi dan moderen
lainnya, diakui atau tidak, penari-penari tayub baru bermunculan dari desa di
tiap wilayah kecamatan se-Blora, yang belakangan mampu mengangkat citra Blora
menjadi gudangnya penari tayub setelah julukan kota sate dan penghasil kayu
jati serta minyak dan gas.
Seni tayub, kata dia, sudah menjadi ajang yang
komunikatif dan siapapun bisa masuk menikati secara berpasangan tanpa mengenal
kasta, bahkan bisa masuk untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat
membangun dan pemberdayaan.
“Pak Bupati Djoko Nugroho juga memberikan apresiasi
yang positif pada seni tayub,” ujarnya.
Ditegaskan dan diajak, kepada semua warga masyarakat
agar ikut melestarikan seni tayub sebagai seni peninggalan nenek moyang yang
menghisi banyaknya ragam budaya Blora.
“Terutama orang tua yang putra-putrinya
mempunyai bakat seni tari, sebaiknya di didukung. Kan banyak sekolah seni yang
mampu mencetak seniman-seniman handal. Jadi tidak cukup autodidak, melainkan
disertai disiplin ilmu yang mumpuni,” katanya.
Sebab, seiring irama perkembangan serta peradaban
budaya, maka seperti halnya dengan perkembangan seni tradisi yang lain, tayub
Blora telah mengalami pelebaran fungsi.
Fungsi ritual, meskipun sampai kini masih
dipertahankan, namum secara makro kebanyakan komunitas tayub telah menjadikan
tayub sebagai seni hiburan, yang setiap saat bisa untuk dikonsumsi. Banyak
kaset, kepingan CD tayub yang beredar di pasaran, yang setiap saat bisa
divisualisasikan.
“Hal itu menunjukkan pernak-pernik kehidupan penari
tayub Blora sekarang ini tampak lebih mapan dan berkecukupan, komunitasnya pun
makin bermunculan,” ungkapnya. (Ahmad/Kus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar