Selasa, 02 Desember 2014

Kesenian Tayub Kabupaten Blora

Blora, InfoPublik - Seni tayub adalah milik rakyat  Blora, punya ciri dan ritme musik serta kostum yang tidak dimiliki daerah lain. Kehidupan penarinya sangat menarik untuk diapresiasi. Betapa tidak? Selalu berjuang dan bertahan dengan kesenian tradisional di antara kembang maraknya kesenian lain. Melalui vokal dan gerakan tari, sosok penari tayub mampu menjadi sugesti dan media komunikasi yang aspiratif serta inspiratif sejak dari dulu hingga kini. 
“Sebagai seni yang komunikatif, saya bangga, dan telah menggerakkan hati saya untuk tetap melestarikan seni adiluhung itu dalam wadah dan  pembinaan berkesenian, apalagi muncul gagrak  Ledhek Barangan yang penarinya pelajar dan mahasiswa,” tandas Yeti Romdonah, salah seorang pemerhati seni tradisi yang juga PNS, yang membidangi kebudayaan di lingkup DPPKKI Blora.
Diungkapkan, pembinaan yang dilakukan secara kontinyu oleh Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora dalam perjalanan sekian puluh tahun terakhir, kata dia, telah berhasil memprotek kesan minir kepada sosok penari tayub.
“Dengan mengemas tata panggung, estetika, dan etika menari, seperti dalam bentuk festival tayub atau pertunjukkan panggung terbuka yang sering digelar, kian hari kian menambah komunitas tayub,” ujar Yeti yang juga mantan penyiar radio itu.
Tanpa mengesampingkan seni tradisi dan moderen lainnya, diakui atau tidak, penari-penari tayub baru bermunculan dari desa di tiap wilayah kecamatan se-Blora, yang belakangan mampu mengangkat citra Blora menjadi gudangnya penari tayub setelah julukan kota sate dan penghasil kayu jati serta minyak dan gas.
Seni tayub, kata dia,  sudah menjadi ajang yang komunikatif dan siapapun bisa masuk menikati secara berpasangan tanpa mengenal kasta, bahkan bisa masuk  untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat membangun dan pemberdayaan.
“Pak Bupati Djoko Nugroho juga memberikan apresiasi yang positif pada seni tayub,” ujarnya.
Ditegaskan dan diajak, kepada semua warga masyarakat agar ikut melestarikan seni tayub sebagai seni peninggalan nenek moyang yang menghisi banyaknya ragam budaya Blora.
 “Terutama orang tua yang putra-putrinya mempunyai bakat seni tari, sebaiknya di didukung. Kan banyak sekolah seni yang mampu mencetak seniman-seniman handal. Jadi tidak cukup autodidak, melainkan disertai disiplin ilmu yang mumpuni,” katanya.
Sebab, seiring irama perkembangan serta peradaban budaya, maka seperti halnya dengan perkembangan seni tradisi yang lain, tayub Blora telah mengalami pelebaran fungsi.
Fungsi ritual, meskipun sampai kini masih dipertahankan, namum secara makro kebanyakan komunitas tayub telah menjadikan tayub sebagai seni hiburan, yang setiap saat bisa untuk dikonsumsi. Banyak kaset, kepingan CD tayub yang beredar di pasaran, yang setiap saat bisa divisualisasikan.
“Hal itu menunjukkan pernak-pernik kehidupan penari tayub Blora sekarang ini tampak lebih mapan dan berkecukupan, komunitasnya pun makin bermunculan,” ungkapnya. (Ahmad/Kus)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar