Minggu, 10 Januari 2016

Makalah Kajian Etnolinguistik Makna Kultural dan Leksikon Batik Kunduran Blora

Makna Kultural dan Leksikon Batik
Kunduran Blora
Oleh: Yuniar Triyanti

 PENDAHULUAN

Masyarakat Jawa mempunyai beranekaragam hasil kebudayaan. Banyak
orang terutama para ahli ilmu sosial yang mengartikan konsep kebudayaan itu
dalam arti yang amat luas, yaitu seluruh total pemikiran, karya dan hasil karya
manusia yang tidak berakar dari nalurinya (Koentjaraningrat, 2002: 19).
Batik, menjadi salah satu icon Negara Indonesia. Indonesia terkenal dengan berbagai macam budaya dan pastinya dari setiap daerah memiliki ciri khas budaya salah satunya batik. Di Jawa, khususnya Salah satunya di desa Blumbangrejo, kecamatan Kunduran, kabupaten Blora, Jawa Tengah terdapat seni batik yang telah merintis usaha produksinya kira-kira lima tahun yang lalu.
Hubungan antara pemakaian bahasa dan pola kebahasaan atau etnolinguistik
tercermin dalam nama batik, istilah bahan pembuatan batik, proses pembuatan dan istilah alat yang digunakan untuk membuat batik tersebut, sehingga masalah ini menarik untuk dikaji secara etnolinguistik. Selain itu, pada batik juga terdapat makna kultural yang masih diyakini oleh masyarakat sebagai simbol pengharapan atau doa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dengan menggunakan pendekatan etnolinguistik.

Untuk memudahkan dalam penelitian etnolinguistik dan pembahasan tidak meluas maka dalam penelitian ini dibatasi objek kajiannya. Batasan masalah pada penelitian ini difokuskan pada makna leksikal atau leksikon yang ada dalam proses pembuatan batik, bahan yang digunakan untuk membuat batik, alat yang digunakan dalam membuat batik khas Blora serta bagaimana motif serta makna batik khas berdasarkan pengaruh geografis dan filosofis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan msalah sebagai berikut,
1.      Bagaiman bentuk istilah-istilah yang ada pada batik khas Blora?
2.      Bagaimana makna yang ada pada batik khas Blora?

1.      Untuk mendeskripsikan istilah-istilah yang ada dalam  proses  pembuatan, bahan, alat dan jenis motif batik khas Blora
2.      Untuk mengetahui makna leksikal dan kultural dalam proses pembuatan, bahan, alat, dan jenis  motif batik khas Blora

MANFAAT  PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis :
1.      Manfaat Teoritis
a.       Penelitian ini dapat memberikan kontribusi di bidang akademik yaitu bahasa Jawa khususnya di bidang etnolinguistik yang berkaitan dengan berbagai bidang yang dikaji dalam konteks social dan budayanya.
b.      Sebagai sarana pengembangan kajian ilmu etnolinguistik
c.       Serta dapat mengetahui bentuk upacara tradisional masyarakat Jawa yang beraneka ragam serta mempunyai nilai kehidupan yang sangat bermanfaat bagi manusia.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi masyarakat, khususnya masyarakat Jawa dapat memahami istilah-istilah yang digunakan dalam  proses pembuatan , maupun istilah atau makna yang ada dalam motif-motif batik.
b.      Bagi pelajar, dapat menambah pengetahuan tentang bahasa Jawa dan kebudayaan atau tradisi masyarakat Jawa serta dapat dijadikan sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.



Penelitian mengenai batik ini pernah dilakukan sebelumnya. Adapun sebuah penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:
Referensi yang kami buat di sini menggunakan skripsi Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik). Universitas Pendidikan Indonesia dalam penelitian di skripsi ini membahas tentang makna leksikon dan makna kulturalnya sedangkan pada penelitian kami ini disamping makna leksikon serta makna.
Menurut Harimurti Kridalaksana adalah kata atau gabungan kata yang mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Kata istilah tersebut diangkat dari kata biasa, kata sehari-hari dalam arti bentuknya dipungut dari bahasa biasa, tetapi isinya tidak. Istilah adalah kata yang menunjukkan hal-hal yang bersifat abstrak, yaitu hal-hal yang yang ditemukan oleh para ilmuwan atau ahli pikir dalam rangka penelitian objek sasaran ilmiahnya masing-masing (Sudaryanto, 1986: 89). Dalam kaitannya dengan istilah maka suatu kalimat akan mempunyai makna yang jelas, pasti dalam sebuah kata walaupun tanpa konteks kalimat sekalipun. Sehingga dapat dikatakan bahwa istilah tersebut bebas konteks. Dalam hal ini perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya dapat digunakan dalam bidang pendidikan atau kegiatan tertentu. Dalam perkembangan bahasa memang ada sejumlah istilah yang sering digunakan lalu menjadi sebuah kosakata. Secara umum pada saat sekarang ini arti sebuah istilah tidak hanya digunakan dalam dunia pendidikan saja melainkan sudah banyak digunakan secara umum.

Bentuk
·         Monomorfemis
Satu atau dua morfem akan menyusun sebuah kata.kata bermorfem satu disebut kata monomorfemis yang mempunyai ciri-ciri dapat berdiri sendiri, mempunyai makna dan berkategori jelas.


·         Polimorfemis
Polimrfemis ada proses morfologis yang berupa rangkaian kata-kata yang bermorfem lebih dari satu. Proses tersebut meliputi:
a. Afiksasi
Yaitu proses penambahan afiks pada depan, tengah, dan belakang morfem             dasar. Penambahan afiks di depan disebut prefik, afiks yang berada di tengah,   dan sufiks yang berada di belakang. Sedangkan afiks yang ada di depan dan   belakang disebut sirkumfiks.

b. Kata Majemuk
Kata majemuk yaitu gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus      sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal dan semantis yang     khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan, pola khusus tersebut    membedakannya dari gabungan morfem dasar yang bukan kata majemuk          (Harimurti Kridalaksana, 2001: 99).
Makna
Pengertian sense ‘makna’ dalam semantik dibedakan dalam meaning ‘arti’. Sense ‘makna’ adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri. Mengkaji dan memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan makna yang membuat kata-kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Sedangkan meaning ‘arti’ menyangkut makna kata leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat dalam kamus sebagai leksikon. Makna erat kaitannya dengan semantik, oleh karena itu makna istilah dalam batik bakaran khas Pati akan dilihat dari segi makna leksikal dan makna kultural.
a.       Makna leksikal
Makna leksikal adalah makna yang ada pada leksem-leksem atau makna kata yang berdiri sendiri, baik dalam bentuk leksem atau berimbuhan. Menurut Harimurti Kridalaksana (2001:133) menyatakan bahwa makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lain-lain, makna leksikal ini mempunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Sedangkan menurut Fatimah Djajasudarma (1993:13) makna leksikal adalah makna kata-kata yang dapat berdiri sendiri, baik dalam bentuk tuturan maupun dalam bentuk kata dasar.
b.      Makna kultural
Makna kultural adalah makna bahasa yang dimiliki oleh masyarakat dalam hubungannya dengan budaya tertentu (Wakit Abdullah, 1999:3)
Makna kultural diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang merujuk pada sesuatu. Simbol adalah objek atau peristiwa yang merujuk pada sesuatu. Simbol itu sendiri meliputi apa saja yang dapat kita rasakan. Simbol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nama orang Jawa pada mahasiswa bidang Linguistik Sastra Daerah angkatan 2011.      
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa makna kultural adalah makna yang ada pada masyarakat, yang berupa simbol-simbol dan dijadikan patokan dalam kehidupan sehari-hari dalam bersikap dan berperilaku. Makna kultural sangat erat hubungannya dengan kebudayaan, karena makan atersebut akan timbul sesuai dengan budaya masyarakat sekitar.
Etnolinguistik
Menurut Wakit Abdullah (2013:10), etnolinguistik adalah jenis linguistik yang menaruh perhatian terhadap dimensi bahasa (kosakata, frasa, klausa, wacana, unit-unit lingual lainnya) dalam dimensi sosial dan budaya (seperti upacara ritual, peristiwa budaya, folklor dan lainnya) yang lebih luas untuk memajukan dan mempertahankan praktik-praktik budaya dan struktur sosial masyarakat.
Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.





Penelitian ini bersifat deskriptif kualiatif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan mendiskripsikan fenomena bahasa diantaranya berwujud istilah, data dan laporan berbentuk kata atau dengan kata lain pendeskripsian.
Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis yaitu di desa Blumbangrejo, kecamatan Kunduran, kabupaten Blora. Lokasi tersebut dipilih karena tempat tersebut sentra pembuatan batik khas blora yang pertama kali atau pelopor utama batik khas Blora, sehingga dapat membantu proses penelitian.
Data merupakan bahan penelitian (Sudaryanto, dalam skripsi Evi Mukti Rachmawati, 2006: 2). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lisan (sebagai data primer) dan data tulis yang digunakan sebagai data sekunder. Sumber data lisan didapat dari informan berupa tuturan mengenai batik.
Adapun syarat-syarat informan adalah sebagai berikut:
a. Usia rata-rata 20-70 tahun yang dianggap sudah menguasai atau benar-benar mengetahui seluk beluk masalah batik.
b. Menguasai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, bertujuan agar dapat menafsirkan atau mengartikan maksud dari istilah-istilah.
c. Sehat jasmani maupun rohani
d. Penutur asli serta mengetahui istilah batik
e. Bersedia menjadi informan dan mempunyai waktu yang cukup untuk wawancara.
Informan dalam penelitian ini adalah Bapak Suhirdjan dan Ibu Hartini. Beliau merupakan pengrajin batik khas Blora serta menjadi pelopor utama pembuatan batik khas Blora yang berdiri serta merintis usaha produksinya mulai tahun 2009.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat utama dan alat alat bantu. Alat utama yaitu peneliti itu sendiri. Sedangkan alat bantu dalam penelitian ini berupa alat tulis, kamera, tape recorder, serta komputer yang dapat menunjang penyelesaian penelitian ini.
Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis gejala yang ada (Harimurti, 1983:106). Sehubungan dengan jenis instrument dan jenis data yang dikumpulkan maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak yaitu dengan menyimak pembicaraan dengan mewawancarai informan yang sudah dipilih dan mengerti tentang istilah-istilah dalam batik khas Blora. Kemudian peneliti menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik rekam dan teknik catat. Dalam hal ini peneliti merekam semua kata-kata yang muncul dari informan dan mencatat data yang telah direkam. Dari hasil wawancara tersebut, kemudian peneliti mencari data sebanyak-banyaknya. Lalu peneliti memilah dan memilih data yang dibutuhkan. Apabila data sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara diklasifikasikan berdasarkan bentuk, makna dan penggunannya.

Dalam penganalisisan data, penulis menggunakan metode padan. Metode padan berfungsi untuk menganalisis makna-makna dari istilah batik khas Blora. Arti dari metode padan ini adalah penganalisisan data yang ditentukan oleh konteks sosial terjadinya suatu peristiwa penggunaan bahasa dalam suatu masyarakat.
Metode penyajian analsis data yang digunakan adalah metode deskriptif formal dan informal. Metode deskriptif merupakan metode yang didasarkan pada fakta-fakta secara emiris hidup pada penuturnya (Sudaryanto, 1993: 62).
Metode informal adalah penyajian hasil analisis data yang menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar mudah dipahami. Analisis metode informal dalam penelitian ini agar mempermudah pemahaman terhadap setiap hasil penelitian. Metode formal yaitu metode penelitian data dengan menggunakan dokumen data yang dipergunakan sebagai lampiran. Lampiran tersebut dapat berupa gambar-gambar, bagan, table, grafik, dan sebagainya. Dalam penelitian ini menggunakan lampiran gambar yaitu gambar dokumentasi foto.





















Ada beeberapa proses pembuatan batik, diantaranya :
1.      Di  Murdan
Proses murdan ini adalah setelah kain dipotong 2 meteran, kemudian di rendam dalam larutan TRO selama satu malam. Tujuan TRO adalah menghilangkan kotoran yang menempel pada kain, merekatkan pori-pori kain dan membuat warna kain menjadi lebih cerah.
2. Molani (m o l a n I )
Description: images
Kategori    : Verba
Merupakan langkah membuat desain atau motif batik. Dalam proses molani dapat dilakukan dengan menggunakan pensil atau menggunakan kertas yang sudah ada gambar polanya kemudian ditempel dengan kain mori dan caranya diterawang untuk melakukan proses selanjutnya.
3. Ngisen- isen ( i s ә n- i s ә n )
Description: membatiklilin
Kategori    : Verba
Merupakan mengisi motif atau ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya. Isen-isen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu cecek dan sawut. Cecek adalah titik-titik kecil yang membentuk sebuah ornamen dan sawut adalah garis yang diulang-ulang untuk menutup sebuah ornamen yang nantinya akan diwarna sogan (coklat gosong).
4. Ngemblok (ŋ ә m b l o k)
Description: tumblr_inline_nlur2v1KiB1t4f56c_500
Kategori    : Verba
Merupakan proses menutupi bagian- bagian yang akan tetap berwarna putih dengan menggunakan lilin. Sehingga apabila kain dicelupkan di dalam larutan berwarna, bagian yang di tembok tidak terkena cairan warna.

5. Medhel (m ә d h  ә l)
Description: proses-batik-medel
Merupakan proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain di dalam larutan warna secara berulang-ulang agar mendapatkan warna yang diinginkan.
6. Ngerok (ŋ ә r o k)
Description: ngerok2
Proses        : N- + V
Kategori    : Verba
Merupakan proses pengerokan pada ornamen sawut yang nantinya dilakukan pewarnaan sogan dengan menggunakan pisau atau benda logam yang ujungnya tipis dan agak tajam.
7. Mbironi (b I r o n I )
Description: f
Kategori    : verba
Merupakan proses penutupan kembali ornamen- ornamen lain yang akan dipertahankan warnanya.
8. Nyoga ( ɲ o g a)
Description: h
Kategori    : verba
Merupakan proses pencelupan kain ke cairan warna coklat.
9. Nglorot (ŋ l o r o t)
Description: e
Kategori    : verba
Merupakan proses menghilangkan lilin (malam) dari kain tersebut dengan cara mencelupkan kain tersebut berulang kali ke dalam air panas diatas tungku sampai lilin benar-benar bersih tidak menempel pada kain.
a.       Bahan Pembuatan
1.        Lilin atau Malam
Description: IMG_20151011_103337
Lilin adalah malam yang dicairkan yang digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori yang bertujuan untuk menutup kain mori sesuai motif yang diinginkan agar tidak terkena pewarna pada saat kain mori diwarnai sehingga kain yang tertutup lilin akan membentuk motif yang diinginkan pada saat lilin dihilangkan.
2.      Kain Mori
Description: ori
Merupakan kain yang digunakan sebagai dasar pembuatan batik.
3.      Larutan Pewarna
Description: IMG_20151011_103330
Larutan pewarna bisa berasal dari sintetis atau alami yang berasal dari alam, baik dari akar, kulit akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah, maupun getah tumbuhan. Untuk dapat digunakan, zat warna ini harus diolah terlebih dahulu. Sedangkan pewarna sintesis adalah zat warna buatan seperti  naptol, remasol, indigosol, dan lain-lain.
b.      Alat yang Dipakai Dalam Proses Pembuatan
1.      Tong ( t o ŋ )
Kategori          : Nomina
Digunakan untuk melorot batik.
2.      Kemplongan (k ә m p l o ŋ a n)
Description: dscn6646-wbs
Kategori          : Nomina
Meja kayu kemplongan terbuat dari kayu dan dibentuk meja. Digunakan untuk meratakan kain yang kusut sebelum dibri pola.
3.       Canting (c a n ʈ i ŋ )
Description: canting

Kategori          : Nomina
Terbuat dari tembaga yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menampung lilin dan di ujung belakangnya disambung dengan sebuah bambu kecil yang digunakan sebagai pegangan sehingga canting dapat digunakan untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam.
4.      Gawangan (g a w a ŋ a n)
Description: index
Kategori          : Nomina
Gawangan terbuat dari bambu atau kayu yang diujung kiri dan kanannya dikasih kaki dari bahan bambu/kayu juga sehingga membentuk sebuah gawang yang berfungsi untuk membentangkan kain mori yang mau dilukis dengan canting
5.      Bandhul (b a n
Kategori          : Nomina
Fungsi bandul disini untuk memberi pemberat supaya kain tidak terbang ketika terkena angina
6.      Wajan dan Anglo/kompor
Description: index
Panci dan Anglo merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan lilin yang akan digunakan untuk membuat pola batik.

8. Meja Printing
Description: IMG_20151011_103206
Digunakan untuk membentangkan kain mori yang akan dibuat menjadi batik          printing.
9. Cetakan Batik
Description: IMG_20151011_103418
Digunakan untuk membentuk pola atau motif batik dengan  di cap,             menggunakan cetakan pola atau motif batik yang telah dibuat.

l  Motif jati jatian
Motif jati jatian merupakan motif yang andalan dari batik blora, hal tersebut dikarenakan kondisi alam geografis daerah blora yang banyak sekali dijumpai pohon jati yang tumbuh, sehinggal hal tersebut berpengaruh terhadap hasil motif batik blora, diantaranya adalah :
1.      Motif glondhong jati (g l o n d h o ŋ   j a t i)                       

Glondhong jati berkategori nomina
Makna leksikal Motif Glondhong jati  yaitu  digambaran potongan kayu jati           yang berbentuk  lingkaran. Motif ini dipengaruhi oleh kayu jati yang telah     ditebang  dan dibelah menjadi potongan kecil.
Makna kultural adalah karena kayu jati telah dikenal  mempunyai nilai        ekonomi yang tinggi bagi warga blora.

2.      Motif jati gagar ( j a t I  g a g a r)
             
Makna leksikal batik jati gagar adalah berasal dari kata jati dan gagar. Gagar di sini artinya gugur atau meranggas.
Makna kultural adalah penggambaran keadaan hutan jati yang pada saat musim kemarau datang di sepanjang jalan blora yang meranggas.

3.      Motif kusumo jati (k u s u m o  j a t I )

Motif jati kusumo yang merupakan perpaduan antara  motif jati dan bunga             kanthil, yang keduannya merupakan ciri khas  keanekaragaman hayati yang          ada di daerah blora.





4. motif jati dan ungker ( j a t I  u ŋ k ә r )
Description: 11355800_1655250974708687_685563628_n

Makna leksikal batik jati dan ungker adalah menggambarkan daun Jati yang           banyak terdapat di daerah Blora dan hewan ungker. Ungker adalah        kepompong     dari ulat daun jati yang ada pada saat musim hujan.
Makna kultural batik jati dan ungker ini adalah Ungker yang muncul musiman, biasanya pada saat musim laboh  yaitu peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Kemunculan  ungker biasanya ditandai dengan rusaknya daun – daun jati karena dimakan oleh ungker di bulan Oktober hingga             Desember. Pada saat itulah warga Blora bisa memanen ungker. Ungker pada masyarakat Blora biasanya dimasak, bisa digoreng atau dibuat oseng-oseng.
5. Motif Bunga Kanthil dan Barongan ( k a n ʈ I L  & b a r o ŋ a n)

Makna kultural batik bunga kanthil dan barongan adalah motif bunga kanthil         yang banyak dijumpai didaerah Blora, dan motif barongan  tersebut  adalah      merupakan kesenian khas kota Blora. hal ini juga berpengaruh pada pola pikir             masyarakat Blora yang menjadikan bunga kanthil dan barongan sebagai salah             satu motif andalan bathik Blora.

6.  Motif Jual Sate (s a t E)

                         Description: Batik Blora Motif Jual Satai 2                                  

Motif Jual sate ini digambarkan orang yang sedang berjualan sate.
Makna kultural batik ini adalah gambar penjual-penjual sate yang banyak    terdapat di Blora dan sate merupakan makanan khas masyarakat Blora.

7. Motif  Pompa Minyak

Description: Batik Blora Motif Pompa Minyak

Makna Kultural batik ini adalah motif batik yang dipengaruhi oleh lingkungan kota blora sebagai penghasil minyak, secara tidak langsung hal tersebut membuktikan jika kebudayaan suatu etnik dipengaruhi oleh kondisi alam, baik itu yang bernilai ekonomis ataupun bahkan yang tidak mempunyai nilai ekonomis sama sekali
           




KESIMPULAN

Motif jati jatian merupakan motif yang andalan dari batik blora, hal tersebut dikarenakan kondisi alam geografis daerah blora yang banyak sekali dijumpai pohon jati yang tumbuh, sehinggal hal tersebut berpengaruh terhadap hasil motif batik blora.
Makna Kultural batik ini adalah motif batik yang dipengaruhi oleh lingkungan kota blora sebagai penghasil minyak, secara tidak langsung hal tersebut membuktikan jika kebudayaan suatu etnik dipengaruhi oleh kondisi alam, baik itu yang bernilai ekonomis ataupun bahkan yang tidak mempunyai nilai ekonomis sama sekali.
Makna leksikal adalah makna yang ada pada leksem-leksem atau makna kata yang berdiri sendiri, baik dalam bentuk leksem atau berimbuhan. Menurut Harimurti Kridalaksana (2001:133) menyatakan bahwa makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lain-lain, makna leksikal ini mempunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Sedangkan menurut Fatimah Djajasudarma (1993:13) makna leksikal adalah makna kata-kata yang dapat berdiri sendiri, baik dalam bentuk tuturan maupun dalam bentuk kata dasarMakna kultural adalah makna bahasa yang dimiliki oleh masyarakat dalam hubungannya dengan budaya tertentu (Wakit Abdullah, 1999:3) Makna kultural diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang merujuk pada sesuatu.





Djajasudarma, T. F. (2006). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.
Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi: Pokok-pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik.. Yogyakarta:Duta Wacana.




http://bahan-membuat.com/search/contoh-gambar-batang-dan -daun-jati-untuk-motif-batik-blora




Tidak ada komentar:

Posting Komentar