DESKRIPSI
Tradisi “Bucu
Kendhit” tersebut diawali dari sebuah pohon beringin yang tumbuh di jantung
desa Gadu, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah yang sering
dipergunakan untuk langen tayub bagi mereka yang terlepas dari nadzarnya
(janji). Konon sebelum pohon beringin itu diremajakan oleh warga desa Gadu,
sering diperuntukkan pada waktu bulan Sura dimana banyak penyakit yang
menyerang penduduk. Kemudian seekor kambing kendhit sehat dikorbankan dengan
tujuan keganasan penyakit yang menyerang penduduk mereda. Kemudian para
penduduk menyelenggarakan sebuah acara ramai-ramai dengan diiringi sorak-sorak
penduduk laki-laki, perempuan dengan membawa daun pisang kering atau disebut
dengan klaras yang ditarik beramai-ramai mengelilingi pohon beringin. Maksudnya
agar dedemit yang konon membuat penyakit tersebut takut dan pergi serta tidak
menggangu warga penduduk lagi. Kegiatan ini dilakukan sehari semalam
bergantian. Setelah pohon beringin tersebut tidak ada, maka oleh janggolo (kamituwo)
dan kertopati dibantu oleh Majaya ditanam kembali. Setelah pohon tersebut
nampak hidup maka sekarang ini dipergunakan seni tayub. Menarik klaras pisang
dengan diiringi boning renteng diubah menjadi langen tayub yang teratur sampai
sekarang.
1. Struktur Tradisi Lisan
a.
Bentuk Tradisi
Bentuk tradisi “Bucu Kendhit” ini
berbentuk Selametan yang merupakan wujud dari rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b.
Perangkat-Perangkat Tradisi
Perangkat yang digunakan dalam
tradisi ini Kambing Kendhit. Kambing ini mempunyai ciri-ciri khusus yaitu kambing
hitam yang hanya pada bagian perutnya berwarna putih nyambung dengan pusar.
c.
Pelaksanaan Tradisi
Tradisi “Bucu Kendhit” ini
dilaksanakan setahun sekali yaitu pada saat bulan Sura hari Kamis malam Jumat
Legi. Pelaksanaan tradisi ini diawali dengan mengarak kambing kendhit tersebut keliling
desa sebanyak tiga kali. Kemudian oleh masyarakat tersebut setelah Jumat pagi
dipotong di sebuah punden (balai desa) tepatnya di bawah pohon beringin yang
ada di balai desa tersebut. Kepala kambing tersebut ditanam di bawah pohon
beringin. Kaki kambing tersebut ditanam menyebar ke empat penjuru mata angin.
Sedangkan daging kambing tersebut dimasak, didoakan (dibancaki) dan kemudian
dibagikan kepada warga setempat.
d.
Pelaku Tradisi
Tradisi tersebut dilaksanakan oleh
perangkat-perangkat desa beserta warga desa setempat.
e.
Ujaran
Ujaran atau tuturan yang digunakan adalah
semacam doa yang tujuannya mendapatkan keselamatan dari Yang Maha Esa.
2. Fungsi Tradisi
a.
Fungsi Sosial
Fungsi sosial dari tradisi ini adalah
untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama warga desa yaitu dengan warga
desa berbondong-bondong datang ke punden, terus berdoa (bancaan) bersama-sama
kemudian membagi-bagikan daging kambing kendhit tersebut kepada warga setempat.
b.
Fungsi Religi
Fungsi religi dari tradisi ini adalah
untuk menghormati leluhur-leluhur terdahulu. Selain itu juga sebagai sarana untuk menjaga keselamatan warga
setempat.
3. Makna Simbolik
a.
Makna Perilaku
·
Memotong Kambing Kendhit, meletakkan kepala Kambing
di bawah pohon beringin, serta mengubur kaki kambing bertujuan agar keganasan
penyakit yang menyerang penduduk menjadi mereda.
b.
Makna Kebendaan
·
Kambing Kendhit tersebut digunakan sebagai
sarana media untuk menolak bala.
c.
Makna Ujaran
·
Doa-doa yang diucapkan bertujuan untuk mengucap
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.